Bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2023,
Kementerian Lingkungan Hdiup dan Kehutanan (KLHK) mengambil peran untuk
mengajak generasi muda dalam menerapkan dan menyebarluaskan Gaya Hidup Minim
Sampah untuk mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Dalam rangkaian HPSN 2023,
KLHK menyelenggarakan Festival HPSN di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta
(28/2/2023).
Festival HPSN terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yaitu pemutaran
video-video gaya hidup minim sampah, pentas musik, talkshow dan pameran dengan
melibatkan hampir semua stakeholder mulai dari pelajar dan mahasiswa, para pendidik
(guru), dunia usaha, kementerian/lembaga, produsen, asosiasi dan komunitas.
Festival ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada generasi millennial, dan
publik secara luas tentang upaya pengurangan sampah dalam menerapkan dan
menyebarluaskan gaya hidup minim sampah.
Menteri LHK, Siti Nurbaya hadir secara langsung dan memberikan pesan-pesan
kepada hadirin yang mayoritas adalah pelajar/mahasiswa dan generasi muda. Dalam
sambutannya, Menteri Siti mengungkapkan bahwa generasi muda memiliki peran
penting dalam ekonomi dan sosial menuju Indonesia yang maju.
“Kita mempunyai target pada tahun 2045 jadi negara maju, bahkan mungkin
lebih maju daripada Inggris, kita mungkin negara maju kelima, enam atau tujuh,
kira-kira sekitar itu, sekarang kalau dari kekuatan ekonomi, kita ada di nomor
19,” ucap Menteri LHK kepada para generasi muda.
“Mau gak Indonesia kita jadi jagoan di dunia?” tanya Menteri LHK kepada
para pelajar yang hadir. Serentak semuanya menjawab dengan optimis bahwa mereka
juga menginginkan Indonesia yang maju.
Menteri Siti menerangkan, saat ini Indonesia memiliki jumlah anak muda
potensial penggerak perubahan yang sangat banyak. Berdasarkan statistik, dari
270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87% adalah generasi milenial pada
kisaran usia 24 - 39 tahun. Lalu 27,94% adalah Generasi Z pada kisaran usia 8 -
23 tahun. Potensi yang dimiliki seperti idealisme, mobilitas tinggi dan
dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial, inovatif dan kreatif serta
keberanian dan keterbukaan, dapat dimaksimalkan untuk menjadi penggerak
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia ke depan.
“Berdasarkan hasil survei pada Gen Z yang terangkum dalam Indonesia Gen Z
Report 2022, sebanyak 79% menyatakan perubahan iklim merupakan isu serius.
Selanjutnya 70% merasa bertanggung jawab terhadap iklim, dan 66% bersedia
membayar lebih untuk produk yang ramah lingkungan. Hasil yang hampir serupa pun
diperoleh dalam Indonesia Millennials Report 2022,” terang Menteri Siti.
Hal tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan Generasi Millennial dan Gen-Z
memiliki peran strategis dalam pencapaian target Zero Waste Zero Emission,
dimana Indonesia telah memberi komitmen kepada dunia dalam pengendalian
perubahan iklim. Sebagai bentuk komitmennya, Indonesia telah menyampaikan
dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (Enhanced NDC) pada tanggal
23 September 2022 yang meliputi target penurunan emisi gas rumah kaca yang
semula 29% menjadi 31,89% untuk skenario kebijakan melalui upaya sendiri (CM1)
dan sebesar 41% meningkat menjadi 43,20% tahun 2030 dengan skenario kebijakan
melalui dukungan kerjasama internasional (CM2).
Berkaitan dengan peringatan HPSN, Menteri Siti berpesan kepada generasi
muda, untuk turut serta membantu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Menteri
Siti memberikan contoh, generasi muda dapat mempraktikan gaya hidup minim
sampah sehari-hari. “Perubahan gaya hidup yang lebih peduli terhadap lingkungan
harus mulai dibiasakan sehingga 2 generasi ini, milenial dan Gen-Z dapat
berperan aktif dalam pelestarian lingkungan dan berkolaborasi dengan berbagai
pihak,” pinta Menteri Siti.
Menteri Siti juga meminta, saat ini sudah saatnya agar mengubah pola
kebiasaan dengan penuh kesadaran untuk menciptakan gaya hidup yang
berkelanjutan atau sustainable living. Beberapa gaya hidup berkelanjutan yang
bisa menyelamatkan bumi yang dapat diterapkan antara lain menggunakan
barang-barang yang ramah lingkungan dan belanja tanpa kemasan. Kemudian,
melakukan gerakan pilah sampah dari rumah, mebiat kompos dari sisa makanan,
Mencegah timbulan sampah, serta memulai gaya hidup minim sampah.
Dalam mendukung pencapaian target ENDC, Menteri Siti mengajak semua yang
hadir untuk menerapkan dan mengembangkan prinsip dasar 3R (reduce, reuse,
recycle), yaitu mengoptimalkan rantai nilai pengelolaan sampah dari sumber
dengan penerapan konsep ekonomi sirkular dan membangun industrialisasi
penanganan sampah melalui pemanfaatan teknologi dan peningkatan fasilitas
pengolahan sampah yang dikelola secara profesional serta terintegrasi.
Kegiatan Festival HPSN ini dikemas dengan sangat unik dan edukatif,
dikarenakan para peserta yang hadir dalam festival ini wajib melakukan
pendaftaran dengan cara menukarkan tiket dengan membawa sampah terpilah dalam
kondisi bersih dan kering. Sampah yang masih bernilai ekonomi ini kemudian
dikumpulkan di Drop Box yang telah disediakan.
KLHK dalam hal ini
bekerjasama dengan 4 (empat) Sociopreneurship yaitu Octopus, Plastic pay, Eco
touch dan E- recycle. Sampah yang
dapat ditukarkan berupa sampah elektronik, sampah botol PET, baju bekas dan
sampah kemasan bekas Kosmetik/ Skincare. Selain itu, KLHK juga
bekerjasama dengan produsen kemasan seperti Tertrapack (Nutroffod) dan PT
yakult dalam mengedukasi edukasi pengumpulan sampah kemasan. Para peserta yang
telah mendaftar telah mencapai kurang lebih 550 peserta yang berasal dari
berbagai kalangan, dengan potensi sampah yang dapat dikumpulkan dan terolah
mencapai 170,22kg (asumsi setiap sampah yang dibawa 2pcs sampah