Dalam upaya pengendalian perubahan iklim, Indonesia bertekad untuk
menurunkan emisi GRK hingga 29% dengan kemampuan sendiri pada tahun 2030,
bahkan dapat mencapai 41% dengan dukungan internasional, sebagaimana tercantum
dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) yang
diserahkan Pemerintah Indonesia kepada Sekretariat UNFCCC pada 23 September
2022 lalu.
Sebagai perwujudan atas komitmen tersebut, Ditjen PSLB3 telah
mengembangkan strategi pengelolaan limbah B3 menuju “circular economy” (ekonomi
sirkular) dan pengurangan emisi GRK. Tujuannya, tak hanya mengatasi
permasalahan limbah B3, tetapi juga memanfaatkan nilai ekonomi dari limbah
tersebut, sekaligus mendukung pencapaian ENDC Indonesia.
“Pendekatan ekonomi sirkular mendorong praktik
reduce, reuse dan recovery limbah B3 serta konservasi sumberdaya. Melalui
pendekatan ini, kita dapat mengekstraksi komponen penting dari material limbah
B3, dan menggunakannya kembali ke dalam siklus proses produksi, sehingga
penggunaan bahan baku baru (raw material) berkurang secara signifikan,
disamping mendapat nilai tambah, baik terhadap energi yang digunakan dan produk
yang dihasilkan” ujar Dirjen PSLB3, Rosa Vivien Ratnawati, dalam sambutannya
saat membuka Talkshow “Green House Gas Emission Reduction Through Optimization
of Waste Utilization” di Paviliun Indonesia dalam gelaran COP28 UNFCCC di Dubai
pada hari Rabu (6/12/2023) lalu.
Talkshow ini membahas lebih dalam upaya
pengurangan emisi GRK dari pemanfaatan limbah B3, dengan menghadirkan
narasumber para pelaku industri yang telah berhasil melakukan pengurangan emisi
GRK melalui pemanfaatan limbah B3.
Pada kesempatan ini, Dirjen PSLB3
menyampaikan dukungannya kepada para pelaku industri yang telah memaksimalkan
pemanfaatan limbah mereka. Berdasarkan data yang dimiliki Ditjen PSLB3,
sebanyak 71% dari 6,9 juta Ton limbah yang dihasilkan tahun 2022 telah
dimanfaatkan sebagai material pengganti dari energi alternatif.